Selasa, 22 September 2009
PUISI KARYA SISWA-SISWI KELAS XI IPA 7 0910
Karya puisi adalah cerminan kepedulian hati atas hidup dan kehidupan kita ini. Begitulah yang kami tulis dalam blog ini merupakan kaca bening hati kami sebagai curahan hati yang terangkai lewat kata-kata bermakna, berirama, beritme, bergaya bahasa, atau bahkan simbol-simbol. Namun, hakikat semua itu adalah suara hati kami yang mungkin perlu kalian simak dan baca sebab di balik karya kami tentu ada makna yang berguna.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Nama : Bil Leon
BalasHapusKelas : XI IPA 7
Nomor absen : 7
Puisi I
Tema : Religi
Rona Kehidupan
Karya : Bil Leon / 7
Ku lihat di pinggiran kota
Rakyat jelata tak kenal susah
Meminta-minta sudah hal biasa
Tiada henti, menadah rasa kasihan
Biar sedikit asal ada
Tetapi mengapa?
Mereka yang mampu tak sadar bahwa Tuhan ada
Habisi materi tanpa henti
Seakan hidup penuh bahagia
Tanpa pikir kehidupan selanjutnya
Mari teman...
Kita bersandar pada Tuhan
Biar senang atau susah
Renungkan berbagai kesalahan
Instropeksi semua dosa yang telah dilakukan
Niscaya beban kehidupan sirna
Palembang, 29 September 2009
Puisi 2
Tema : Cinta tanah air
Jasa Tiada Tara
Karya : Bil Leon / 7
Kulihat banyak pahlawan berjasa
Jatuh bangun tiada kentara
Meski anak istri menunggu di rumah
Bersiap di area,
Persandingan antara hidup dan mati
Berjuang tanpa kenal lelah
Meski susah, takkan pernah menyerah
Bagai kelinci dimangsa ular
Tak mudah menyerah termakan serangan
Kubaca sejarah negara kita
Betapa susah perjuangan pejuang bangsa
64 tahun kita merdeka
Mari perbaiki diridan bangun bangsa!!
Palembang, 29 September 2009
Nama : Febria
BalasHapusKelas : XI IPA7
Nomor absen :11
Puisi I
Tema : Kepedulian Lingkungan
Harta yang Berharga
Karya : Febria/11
Langit tak secercah biasanya
Awan diselimuti kabut hitam entah dari mana.
Hatiku ikut miris melihatnya
Angin yang menerpa tubuhku
Terasa begitu menyesakkan dada.
Serpihan-serpihan abu..
Turun dari langit satu per satu.
Membanjiri halaman rumah itu
Aliran nafas menjadi tidak menentu
Menambah Sesak hidupku.
Bangunan yang menghias kota
Mulai menghilang dari pandangan mata.
Perih rasanya
Mata tidak dapat kembali membuka.
Melihat indahnya pemandangan kota
Kotaku yang tercinta.
Lihat semua ini
Siapa yang bertanggung jawab atas segala yang terjadi.
Manusia yang tak punya hati
Tega melakukannya demi diri sendiri
Sungguh tak punya nurani.
Lingkungan ini milik kita semua
Tuhan mewariskan alam untuk kita jaga.
Bukan untuk dirusak oleh manusia
Karena itu adalah harta yang berharga.
Palembang, 29 September 2009
Puisi II
Tema : Patriotisme
Gelora Patriotisme
Karya : Febria/11
64 tahun silam...
Pahlawan mengorbankan jiwa dan raga.
Demi merebut kemerdekaan Indonesia
Dari tangan penjajah.
Mereka mendedikasikan seluruh hidupnya
Untuk mencapai Indonesia bersatu.
Untuk mencapai Indonesia sejahtera
Untuk mencapai Indonesia yang baru.
Semua kalangan
Dari para remaja hingga orang dewasa.
Ikut serta dalam pembangunan
Negara kita, Indonesia.
Kini...
Rasa itu hampir mati.
Semangat berapi-api
Tak pernah terlihat lagi.
Apa penyebab semua ini?
Kita
Sebagai generasi muda.
Bagaimana cara kita memandangnya?
Bagaimana cara kita memperjuangkannya?
Kita
Generasi muda.
Tidak harus mengorbankan jiwa dan raga
Seperti pahlawan yang telah tiada.
Satu-satunya
Yang dapat kita lakukan untuk negara.
Yaitu belajar dengan sungguh-sungguh
Menuju esok hari yang cerah.
Mengharumkan nama Indonesia
Seperti sedia kala.
Kita tunjukkan pada dunia
Bahwa Indonesia masih ada.
Dan akan berjaya
Untuk selamanya.
Palembang, 29 September 2009
Nama : Eflin Winata
BalasHapusKelas : XI IPA 7
Nomor absen : 10
Puisi 1
Tema : Religi
Syukur pada Tuhan
Di setiap aku terbangun
Kulihat indahnya pagi
Matahari cerah,angin yang menyejukkan
Di situlah langsung teringat akan kebesaran-Mu
Aku ingin rasanya terbang
Melihat Dunia ini yang begitu indah
Dengan-Mu Tuhanku
Untuk melihat karunia-Mu kepadaku
Tuhan...
Terima kasih atas hari yang cerah
Walaupun hari dijalani terkadang sulit
Tetapi itulah kehidupan
Aku bersyukur atas keagungan-Mu
Engkau telah memberikanku kehidupan
Kehidupan yang berartidan bermakna
Aku mau engkau selalu menjagaku
Puisi 2
Tema : Cinta tanah air
Indonesiaku Tercinta
Indonesia....
Walaupun engkau telah 64 tahun
Engkau masih tetap Indonesiaku
Indonesia yang merdeka dan tercinta
Aku sangat mencintai Indonesiaku
Indonesia yang subur dan indah
Dengan keanekaragaman suku dan budaya
tetapi tetap satu dan berjaya
Aku ingin engkau terus berjaya
Berjaya selama-lamanya
Walaupun diterpa berbagai cobaan
Indonesia harus tetap bersatu
Tak ada yang lain selain engkau Indonesiaku
Tanah Indonesiaku yang subur
Tanah Indonesiaku yang makmur
Ku cinta engkau Indonesiaku
Nama : Sendy Alfandy Budiman
BalasHapusKelas : XI IPA 7
Nomor Absen : 38
Puisi 1
Tema : Krisis kepercayaan terhadap budaya bangsa
Lindungi Budaya Kita
Karya Sendy A. B.
Hari demi hari ...
Terus berjalan ...
Waktu demi waktu ...
Terus bergulir ...
Kemajuan dan semangat masyarakat
Yang kini mulai mengarah
Pada globalisasi
Budaya di dapat
Serta dikreasikan
Dengan seluruh pemikiran
Hingga kreativitas
Dikrisis ...
Disingkirkan ...
Hingga kebudayaan modern berjaya
Kobaran semangat pahlawan
Pudar ...
Akibat krisisnya kepercayaan
Terhadap budaya bangsa
Lindungi Budaya Indonesia
Budaya yang dikreasikan
Dan menjadi ciri khas ...
Puisi 2
Tema : Kritik Birokrasi
Kepercayaan yang Ternoda
Karya : Sendy A. B.
Birokrasi ...
Bagian terpenting suatu negara
Terpilih dan dipilih
Dari segenap kepercayaan
Banyaknya godaan
Dari para setan seolah merasuki mereka
Untuk menodai
Kepercayaan masyarakatnya
Masyarakatlah korban
Korban noda itu
Hanya demi
Ketamakan mereka ...
Kepercayaan yang ternoda
Oleh para koruptor anggota birokrasi
Sistem birokrasi ditinggalkan
Dimanakah tanggung jawab mereka ?
Nama : Ajeng Wulandari
BalasHapusKelas : XI IPA 7
Nomor absen : 03
Puisi I
Tema : Religi
Tuhan Maha Mendengar
Karya : Ajeng Wulandari/03
Bencana
Bencana
Bencana
Bencana selalu datang
Mengapa ini selalu terjadi
Apakah yang telah kita lakukan
Gempa Bumi, Banjir, Tanah Longsor
Selalu datang silih berganti
Tuhan apakah yang harus kami lakukan
Semua telah berubah
Dan banyak yang telah tidak peduli lagi
Terlalu banyak kesalahan yang telah kami lakukan
Sampai kami lupa KepadaMu
Engkau yang telah memberikan semuanya kepada kami
Kau tak pernah melupakan kami
Tapi kami sering melupakanMu
Apakah ini sebuah cobaan
Apakah ini sebuah ujian
Atas semua kesalahan yang kami lakukan
Kami sadar kami salah
Tolong bantulah kami keluar dari semua masalah ini
Kami tahu Kau mendengar doa kami
Betapapun seringnya kami membuatMu kecewa
Engkau selalu ada bersama kami
Sekarang bantulah kami untuk berubah
Berubah menjadi yang lebih baik lagi
Tuhan hanya Engkaulah yang dapat membantu kami
Karena Engkau selalu mendengar doa dari kami
Palembang,2 Oktober 2009
Puisi II
Tema : Cinta tanah air
Semangat Cinta Tanah Air
Karya : Ajeng Wulandari/03
Merdeka
Merdeka
Merdeka
Suara-suara pekikan-pekikan
Yang selalu terdengar ketika 17 Agustus
Semua warga Negara bersorak sorai
Merayakan kemerdekaan RI
Tapi apalah arti semua itu
Semua hanya topeng
Terlalu banyak ketidakpedulian
Akan Negara yang mereka tinggali
Merusak alam hanya untuk kepentingan sendiri
Menyengsarakan rakyat dengan mengumbar jani-janji palsu
Apakah ini perwujudan cinta akan tanah air
Dengan membuang sampah di sungai
Dan akhirnya terjadi banjir
Dengan mengambil uang rakyat
Dan membuat mereka miskin
Ibu Pertiwi menangis
Melihat generasi sekarang telah lupa akan tanah airnya
Mereka semua sibuk membanggakan Negara lain
Ya memang sekarang Indonesia belum sehebat Negara lain
Tapi apa gunanya kita sebagai generasi muda
Apakah kita rela Negara lain menghina kita
TIDAK itu jawaban yang tepat
Karena untuk merdeka saja kita harus susah payah merebutnya
Mari kita bersatu untuk membangkitkan Negara kita
Kita tunjukkan semangat akan cinta tanah air
Bersatu untuk membuat Indonesia lebih maju
Tuntaskan kemiskinan, kelaparan, kemunduran yang selama ini ada
Berjuanglah seperti pahlawan yang dulu berhasil membuat Indonesia merdeka
Buat kita bangga menjadi warga Negara Indonesia
Palembag,2 Oktober 2009
Nama : Theresia
BalasHapusKelas : XI IPA 7
No. Absen : 43
Puisi 1
tema :Teknologi Informasi
Komputer
Karya : Theresia/43
Di zaman yang modern ini
Keberadaan komputer tidak asing lagi
Di kalangan kaum atas dan kaum kecil
Komputerlah yang mewarnai hidup kami
Keberadaan komputer sangat lengkap
Dari sederhana hingga banyak rangkap
Sehingga membuat kita lebih cepat menangkap
Dan berhenti menjadi orang yang gagap
Sekarang zaman, zaman facebook
Tetap bisa internetan walaupun mata mengantuk
Dan dapat berpikir walaupun sedang mabuk
Dan juga dapat mendownload lagu yang angguk-angguk
Komputer banyak digunakan oleh manusia
Dari yang sama kasta hingga berbeda kasta
Pemakaiannya yang efisien dan mudah
Dapat dipakai orang berstatus tinggi maupun rendah
Semoga komputer terus dipakai sepanjang masa
Agar bisa terus dipakai oleh kalangan anak muda dan orang tua
Semoga komputer terus dipakai di seluruh dunia
Selamanya
Palembang, 2 Oktober 2009
Puisi 2
Tema: cinta
Kenangan Sesaat
Karya:Theresia/43
Hari itu
Waktu aku bertemu denganmu
Berdebar-debar hatiku
Ingin ku ungkap suatu kata untukmu
Namun diriku tak mampu
Entah mengapa ini terjadi padaku
Diriku takut tuk ungkapkan sesuatu padamu
Pertemuan ini
Hanya berlangsung saat ini
Dan kau pun harus pergi
Meninggalkan aku disini sendiri
Mengapa ini semua harus terjadi
Akankah kita akan berjumpa lagi
Atau hubungan kita hanya dapat seperti ini
Apakah aku harus menunggumu terus seperti ini
Ingin ku bertanya padamu
Pernahkah kau memikirkanku
Walau hanya sedetik di hidupmu
Itu sudah cukup bagiku
Namun ku tak pernah mendapatkan jawaban darimu
Jawaban yang aku mau
Palembang, 2 Oktober 2009
Nama:Sony Afriandy
BalasHapusAbsen: 39
Puisi 1,
Tema: Krisis kepercayaan terhadap budaya bangsa
Dimana Budaya Yang Elok Itu?
Ketika ku teringat kisah lalu bangsaku
Betapa eloknya bangsaku
Dengan budaya yang menawan di mata dunia
Menghiasi tiap langkah di berbagai pelosok
Namun, kini semua hanya tinggal cerita
Pudar sudah warisan leluhur bangsa yang elok itu
Budaya yang dulu dibanggakan
Kini diabaikan seakan tak pernah ada
Tak dipercaya bagaikan sampah
Telah banyak budaya yang telah hilang
Hilang tergerus zaman
Telah banyak budaya yang telah dirampas
Dirampas seakan tak berharga
Bangsa ini seakan tak peduli dengan budaya sendiri
Tak maukah anak bangsa ini menjaga warisan indah ini?
Maukah bangsa ini hanya menjadi bangsa yang buta budaya?
Biarlah kesadaran bangsa sendiri yang menentukan
Jangan kau biarkan warisan budaya ini pudar
Jangan biarkan pudar di makan waktu
Kita semua…
Harus menjaga warisan budaya ini
Puisi 2,
Tema: Kritik Birokrasi
Tikus Negara
Sejenak aku terdiam dan tersentak
Tercium olehku
Bau busuk yang menodai kemerdekaan negeriku
Busuknya tingkah para tikus-tikus berdasi
Yang berpesta dalam birokrasi
Yang cerdik dan licik
Berkelit lincah mengelak dari segala perkara
Menutupi lubang kebohongan yang ada
Dengan mulutnya yang manis, mengumbar janji-janji palsu
Dengan perutnya yang tak pernah kenyang, memakan harta para rakyat
Membuat negeri ini jatuh dalam derita
Menenggelamkan harapan para rakyat kecil
Kau jadikan politik sebagai sarangmu yang usang
Kau jadikan uang untuk membeli kuasa di negeri ini
Buat apa dulu pejuang meneteskan darah di tanah bangsa ini?
Buat apa negeri ini merdeka?
Jika tingkah para pemimpin sebusuk ini
Masihkah akan tersimpan bau busuk ini?
Kapan akhir dari derita rakyat ini?
Kami butuh pemimpin yang bersih
Bukan seperti tikus yang hanya bisa manis di bibir
Nama: Fenny Yunistia Kosinga
BalasHapusKelas/no: XI IPA 7/ 12
Puisi 1
Tema : Kepedulian
Kepedulian Sang Malaikat
Karya: Fenny/ 12
Di saat kau menelusuri lorong rumahmu
Di saat kau melewati gedung sekolahmu
Saat kau mengelilingi kota kelahiranmu
Tergerakkah hatimu
Tak Goyakah mata batinmu
Atau telah tumpul perisai hatimu
Sampah-sampah yang menggunung
Kertas-kertas yang berterbangan
Botol bekas yang berbaris rapi
Takkah tanganmu tergerak
Adakah kau menyentuhnya
mengambilnya...
membuangnya...
Setitik keringat yang kau keluarkan
Sedikit peluh yang kau rasakan
taukah kau dampaknya
sekililingmu akan menari riang karenamu
dan mereka bersukacita karenamu...
Palembang,2 Oktober 2009
Puisi 2
Tema: Patriotisme
Pahlawan Pendidikan
Karya : Fenny/12
Kami berdiri disini
Kami yang bersatu padu
Kami bagi generasi kami
Kami adalah pejuang pendidikan
Wahai pemuda pemudi
Janganlah semangatmu patah
Kobarkanlah jiwa kepahlawanmu
Bangkitlah menuju masa depanmu
Berdiri tegak melawan kemalasan
Takkan tunduk kepada kebodohan
Berjuang demi masa depan
Menuju kesuksesaan
Palembang, 2 Oktober 2009
Nama : Agnes Wijaya
BalasHapusKelas : XI P 7
No. Absen : 02
Puisi 1
Tema : Religi
Kebaikan Tuhan
Ku bangun di pagi hari
Melihat bulan yang mulai menghilang
Melihat matahari yang mulai bersinar
Melihat indahnya dunia ini
Ku menyadari betapa baik Tuhan
Memberi ijin kepada kita
Menempati dunia yang dibuat-Nya dengan susah payah
Dan memberi ijin kita untuk merawat dunia ini
Tetapi mengapa?
Mengapa kita masih saja jahat kepada-Nya?
Mengapa kita tidak merawat dunia ini dengan baik?
Mengapa kita masih saja menjauhi dan melupakan-Nya?
Memang Tuhan itu pengampun
Tetapi tidak seharusnya kita seperti ini kepada-Nya
Apabila kita sedang senang
Kita akan melupakan Dia
Tetapi apabila kita sedang mengalami kesulitan
Kita baru teringat akan Dia dan meminta bantuan-Nya
Bila kita gagal kita akan mencaci maki Dia
Bila kita mengalami kesulitan kita akan menyalahkan Dia
Kita harus tahu
Semua yang kita alami adalah rencana-Nya
Dan rencana itu direncanakan demi kebaikan kita
Kita seharusnya bersyukur atas apa yang kita alami
Bukannya malah melupakan-Nya
Mencaci maki-Nya
Dan menyalahkan-Nya
Ketahuilah bahwa Tuhan menyayangi kita semua
Dan dibalik rencananya tersimpan kebaikan dari-Nya
Kita harus bersyukur kepada-Nya
Dan tidak melupakan, menyalahkan, serta mencaci maki-Nya
Puisi 2
Tema : Cinta Tanah Air
Indonesia
Indonesia...
Negara yang indah dan kaya akan sumber daya
Negara yang dijuluki ‘Zambrud Khatulistiwa’
Negara yang kaya akan budaya dan beranekaragam agama
Pada tanggal 17 Agustus 1945
Kau merdeka
Bebas dari para penjajah
Tak terasa kau telah berumur 64 tahun
Kau begitu kokoh dan kuat
Kau begitu indah
Kau memiliki para pejuang
Pejuang yang berjuang pada masa perang
Mereka telah menunjukkan kemerdekaan mereka
Dengan mengibarkan bendera kebanggaan kita
Bendera Merah Putih
Indonesia...
Kau adalah negara yang paling aku banggakan
Negara yang paling aku cintai
Dan negara yang paling aku sukai
Walaupun kau bukanlah negara yang maju dibanding dengan negara lain
Tetapi dengan bersatu dan berjuang kau dapat melawan perkembangan jaman
Menjadi negara yang maju
Berjuanglah untuk menjadi negara yang maju
Maju melebihi negara yang lain
Palembang, 2 Oktober 2009
Nama : Ayu Pranindya
BalasHapusKelas : XI IPA 7
Nomor absen : 06
Puisi I
Tema : Religi
KasihNya Menyertai
Karya:Ayu Pranidya/06
Tuhan...Engkaulah pelindungku
Pelita dikala gelap arahku...
Tuhan...ketika segala sesuatunya musnah...
Engkau tetap ada dalam keagunganMu...
Betapa muliaNya diriMu
Ketika aku kehilangan arah
Engkau datang melalui perantaraanMu
Kau menyelamatkan aku dari kegalauan diri
Tuhan...Kaulah pelindungku
Disaat aku terjatuh...
Kau seolah-olah datang merangkulku
Dalam setiap tangis dan doaku...
Seakan-akan Kau datang menggengam tanganku
Dan memberikan cinta kasih dan rasa aman dalam peluk ini
Kubalut diriku dalam doa dan iman
Lalu kubasuh diriku dengan ibadah
Agar aku tetap dekat padaMu
Kuserahkan jiwa dan ragaku seutuhnya dalam raunganMu
Palembang,2Oktober 2009
Puisi II
Tema:Cinta Tanah Air
Atas Nama Indonesia
Karya:Ayu Pranindya/06
Indonesia tempat aku dilahirkan
Tempat dimana aku dibesarkan, dan
Diajarkan beagaimana cara bertahan hidup...
Suatu tempat dimana aku akan menghabiskan
Sisa hidupku nanti bersama keluargaku
Indonesia tanah airku
Disana biasaaku bersama ayah dan bundaku
Dan saudaraku bercanda tawa bersama
Melewati suka dan duka di Indonesia
Indonesia yang elok nan permai
Betapa subur dan indahnya dirimu
Kau rengkuh aku dalam pesona warisan negerimu
Kan kujaga dan kucintai hingga akhir hayat
Nama Indonesia telah terukir dalam dadaku
Dan menjalani seluruh aliran darahku...
Bak seorang pahlawan aku berteriak,
"Aku Cinta Indonesia"
Lalu akupun bernyanyi
"Indonesia tanah air beta,Pusaka abadi nan jaya"
Palembang,2Oktober 2009
Nama:Teofilus Zabdiel Budiono
BalasHapusKelas:XI IPA 7
Nomor absen:42
Puisi I
Tema:Teknologi Informasi
Facebook-ku
karya:Teofilus/42
Facebook..
Engkau adalah temanku
Teman yang membuka mataku
Ratusan teman kau kenalkan padaku
Berkatmu bertambahlah sahabatku
Engkau tempatku mengadu
Mengadu seluruh perasaanku
Bahagia, Sedih, lesu
Kau adalah curahan hatiku
Engkau mengoreksi hidupku
Ketika kesalahan membebaniku
Engkau mengomentari diriku
Menjadikanku lebih baik
Engkau sumber informasiku
Mengetahui kabar terbaru
Menjadi refrensiku
teknologi kebanggaanku
Sungguh facebook
Aku bangga padamu
Palembang, 2 Oktober 2009
Puisi II
Tema:Cinta
Mantan Kekasihku
Karya:Teofilus/42
Dahulu aku mencampakkanmu
Tak sudi lagi bersamamu
Tak sakit aku membuangmu
Tak ragu aku memutuskanmu
Namun kini kusadari
Tanpamu aku bagaikan tak ada
Hampa hidupku tanpamu
mantan kekasihku
Setiap malam dingin datang
Raut wajahmu membayang dipikiranku
Senyum manjamu bak bunga mawar
Tak kuat aku menahan rinduku
Kenangan manis kita berdua
Terpampang jelas di khayalanku
Mengingat masa kita berdua
Bersama menempuh cinta
Namun kini berbeda
Hatimu telah terisi orang lain
Tak berdaya aku melihatnya
Kini kau benar-benar telah pergi
Sayangku..
Maafkan manusia bodoh ini
Jika waktu dapat ku ulang
Tak akan pernah aku mencampakkanmu
Aku berjanji..
Jika kau kembali
Aku akan menyayangimu
Dengan segenap cintaku
Palembang, 2 Oktober 2009
nama : inggrid oktavia willianto
BalasHapuskelas : IX IPA 7
no.absen : 20
puisi 1
tema : kepedulian lingkungan
Alam kini menangis
Apa yang telah di ciptakan Tuhan
Kini semua tinggal tanda Tanya
Manusia bagai tak mengerti
Semua pemberian Tuhan
Di abaikannya saja semuanya itu
Dan kini Tuhan marah
Marah atas perbuatan manusia kepada alam-Nya
Manusia tidak menghargai pemberian Tuhan
Manusia lebih banyak mengeluh di banding bersyukur
Banjir yang telah melanda di negeri ini
Semua karena ulah manusia
Manusia yang tidak ingin perduli terhadap lingkungan
Yang lebih mementingkan kepentingan pribadi
Asap yang kini bertebaran dimana mana
Itu juga ulah manusia
Ulah manusia atas pembakaran hutan
Sehingga menimbulkan asap dimana mana
Dan akhirnya banyak orang orang sekitar kita yang sakit
Gempa yang terjadi di berbagai daerah
Itu semua teguran dari Tuhan
Tetapi manusia tidak perna menyadari
Bahwa Tuhan menciptakn alam yang indah
Bukan untuk di sia siakan begitu saja
Tetapi untuk dihargai
Betapa indahnya Indonesia
Bila tercipta alam yang indah
Betapa bangganya masyrakat Indonesia
Bila alam nya terjaga
Pemanasan global juga sudah semakin memarak
Sudah semakin sulit untuk di atasi
Siapa lagi yang akan memulai jika bukan kaum muda
Mulai lah menjaga alam ini dari sesuatu hal yang sangat kecil .
puisi 2
tema : patriotisme
Sang Pahlawan
Disini
pohon yang tumbuh
daun yang berguguran kita melihatnya
dan angin yang berlepas gegas ke arah kita
semua dapat kita nikmati karena mereka
saat turun hujan deras
mereka tetap berjuang keras
kita menikmatinya
kemenangan yang selalu kita banggakan
menyusuri hutan penyiksaan
mereka tetap mempertahankan walaupun menderita
kemerdekaan yang kita dapatkan
itu semua karena mereka
Sang pahlawan ..
yang rela gugur dan berjuang demi tanah air kita …
terimakasih pahlawan ku …
Nama : Titin Mardiana Anggraini
BalasHapusKelas/No. : XI IPA 7/44
Puisi 1
Tema: Cinta
INDAH DAN GELAPNYA DUNIA
Karya:Titin Mardiana Anggraini/XI IPA 7/44
Cinta…
Kata ini begitu indah bila dirasakan
Cinta dapat membuat hati menjadi bergetar
Bergetar bila berada disisi orang yang dicintai
Kata dan perasaan ini membuat dunia serasa berubah
Bagaikan milik berdua dan tak ada orang lain disekitar
Cinta bisa membuat dunia menjadi gelap
Bila mata dan hati sudah menjadi buta
Dunia tak akan mungkin bisa menjadi gelap
Bila perasaan bisa dijaga dengan cinta
Dan cinta dapat menjadi indah selamanya
Bila dipenuhi dengan kasih dan saying…
Palembang, 4 Oktober 2009
Puisi 2
Tema: Kepekaan Terhadap Teknologi Informasi
KERTAS YANG TERSAINGI
Karya:Titin Mardiana Anggraini/XI IPA 7/44
Zaman telah berubah menjadi semakin maju
Dulu,sebuah kertas menjadi dasar untuk curahan hati
Sebuah pena menjadi alat untuk menulis
Sebuah amplop menjadi alat pelindung bagi kertas
Kini zaman menjadi maju
Alat-alat itu kini tak lagi digunakan
Kini sebuah alat teknologi canggih telah ada
Banyak orang menggunakan komputer untuk melakukan berbagai hal
Dari alat itu banyak hal dapat dilakukan
Hampir semua orang bisa menggunakan dan memiliki teknologi itu
Teknologi itu kini telah membantu kita
Dalam melakukan berbagai hal…
Palembang, 4 Oktober 2009
Nama : Mukti Supradi
BalasHapusKelas : XI IPA 7
Nomor absen : 32
Puisi 1 : Krisis Kepercayaan Terhadap Budaya Bangsa
Kesadaran Untuk Budaya Bangsa
Karya : Mukti Supradi
Budaya..
Kesenian terpancar dari katamu
Keindahan terbayang dari pikiranku
Hidup matimu di negara tempat kau berasal
Biarkan aku melihat keindahanmu
Biarkan aku menjaga keindahanmu
Tetapi kini, perlahan
engkau tertiup angin rakyatmu sendiri
Ketidakpedulian akan dirimu
Membuat engkau menghilang tanpa jejak
Baktimu kepada rakyatmu
Bagai mesin dengan manusia
Tetapi kini..
Apa yang harus kita perbuat?
Rasa hirau, ketidakpercayaan
Membuat kami menolak memandangmu
Perbuatan terhadap dirimu
merebut engkau dari kami
membuka kesadaran jiwa dan raga kami
Satu keindahan darimu
sangat berarti bagi kami
pencinta akan dirimu
Puisi 2 : Kritik Birokrasi
Jabatan Didapat, Korupsi Lahir
Karya : Mukti Supradi
Wajah serta janji
bertebaran di dinding yang kosong
dengan maksud yang sama
Begitulah pemandangan yang kulihat
searah dua kaki ini berjalan
Segala hal telah dilakukan
Membuat janji
Membuka jati diri
Untuk satu alasan
yaitu Jabatan
Janji memimpin agar hidup lebih baik
Itulah modal awal bagi mereka
Rakyat yang menentukan
Namun hidup menjadi taruhannya
Kelaparan, terlantar, kemiskinan
Apa itu tindakan dari sebuah janji
janji para pemimpin bangsa
yang telah dipilih orang rakyat
Hilangnya dana bantuan
Seperti daging yang terurai
Tak satupun yang tahu
Selain Tuhan
Inikah hidup lebih baik
Inikah janji-janji mereka
Inikah anti korupsi
Hingga masih banyak penderitaan
Jabatan pemimpin didapat
Kata memimpin bersih terucap
Namun pada akhirnya
Korupsi angkat bicara
Kritik untuk Birokrat dan Wakil Berdasi
BalasHapusLihat !
Masih mungkinkah hati yang berisi ?
Saat logika sudah berbau terasi.
Saat nurani kian ter-erosi.
Di kilatan hujan pesona yang tidak kunjung basi.
Lihat !
Dendang birokrat dan wakil berdasi..
Penuh sandiwara mengejar kursi.
Saat tikus sibuk pesta korupsi.
Kucing sedang giat pamer gusi.
Terbuai di empuknya jok mercy.
Lihat !
Gempita riuhnya demokrasi.
Menumbuhkan nurani yang semakin membesi.
Saat Rakyat butuh nasi.
Tapi justru di kremasi.
Sudah !
Ini bukan Demonstrasi.
Ini juga bukan atraksi.
Ini hanyalah puisi.
Dari hidup yang sesungguhnya mati .
Karya : Nora Fransisca
Kelas : XI IPA 7 / 34
Palembang, 4 Oktober 2009
Tema : Kritik terhadap Birokrasi
KAMI DAN KAMU
BalasHapusKami menumbuk padi dan kamu menikmatinya .
Karena kami hidup berhimpitan dari ruangmu yang berlebihan .
Sehingga kita bukan sekutu.
Kami dekil dan kamu gemerlepan.
Karena kami diam dan kami mengunci pintu.
Maka kami mencurigaimu.
Kami terlantar di jalan dan kamu memiliki keteduhan.
Karena kami kebanjiran dan kamu berpesta di kapal pesiar.
maka kami tidak menyukaimu.
Kami dibungkam dan kamu terus bicara.
Karena kami diancam dan kamu memaksakan kekuasaan.
maka kami bilang TIDAK kepadamu.
Kami tidak boleh memilih dan kamu bebas berencana .
Karena kami cuma bersandal dan kamu bersepatu mengkilap .
Karena kami harus sopan karena kamu punya penjara.
maka TIDAK dan TIDAK kepadamu.
Kami rakyat !!
Karena kami ingin budaya kami yang dulu !!
Maka kami mengharapmu !!
Karya : Nora Fransisca
Kelas : XI IPA 7 / 34
Palembang, 4 Oktober 2009
Tema : Krisis Budaya Bangsa
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama : Monica Callorin
BalasHapusKelas :XI IPA 7
No. absen: 31
puisi 1
tema : Krisis kepercayaan terhadap budaya bangsa
Dimanakah Budayaku?
karya: Monica Callorin
Setiap kali aku merenung
Apakah gaya hidup bergelamor penting?
Setiap kali aku menyimak
Apakah pola pikir tradisional harus diungsikan?
Setiap kali aku memutar otak
Apakah budaya yang oposisi telah mendarah daging?
Sedemikian ku membayangkanmu
Semakin ku mencari budayaku
Betapa ku merindukanmu
Betapa ku menginginkan kau datng kembali
Budayaku
Dengan mengklik tombol reformasimu
Pelukan perubahan signifikan sangat erat
Budaya yang sangat oposisi
Merasuki tubuh bangsa ini
Luapan arus globalisasi terus ikut andil
Bersandang pada suatu kisah
Budayaku semakin pudar
Pudar termakan usia
Budayaku terpecah belah
Bagaimana dengan anak bangsa ini?
Tergerakah hati mereka
Sadarkah mereka sekarang?
Akan hilangnya kebudayanku
Budaya kita semua
Aku mencari kembali
Mencari jati diri budayaku
Aku menjelajahi dunia
Tapak demi tapak dunia fana ku tempuh
Keropos tulang kuabaikan
Kaki tigaku berjalan terus maju
Apadaya manusia
Semua lidah telah mengayun
Semua mata telah menatap
Tiada kedipan yang berarti
Menjelajahi waktu tanpa henti
Mengiris jaman tak kunjung habis
Budayaku semakin pudar
Ternoda
Tersayat
Terjajah
Tarikan kuat medan magnet akan budaya Barat
Manusia terperangkap dalam jaman globalisasi
Hanya kenangan yang tersisa
Hanya memori yang terlintas
Hanya rindu yang terpendam
Semua terkubur musnah dalam lubuk hati
Puisi 2
Tema: kritik terhadap birokrasi
Jeritan Kaum Papa
karya: Monica Callorin
Beban kami memikul segelora impian
Bertabuh dalam hati yang brutal
Bersemayam dalam jiwa yang rapuh
Fentilasi udara bebas hanya bertepuk dalam angan-angan
Jerit tangis kelaparan telah meraungi
Jasad tubuh tergeletak tak berdaya
Menutup sinaran canda tawa yang kelam
Beratus juta tetes keringat telah kami sisihkan
Apadaya kami
Ulah sosok tikus-tikus negara itu
semakin merajalela
Hama pemberantas tak membendung
Penyemprotan pestisida hanya sebagai acuan
Sementara
Para tikus negara tak kunjung ampun
Wahai tikus negara…
Pernakah engkau mendengarkan teriakan kami?
Pernakah engkau mendengar haluan kami?
Suara yang berisi perasaan kami
Wahai pengikut tikungan tikus…
Pernakah engkau merasakan penderitaan kami?
Kami di sini sangat membutuhkanmu
Kami disini mengharapkan belas kasihmu
yang tak kunjung pecah
Wahai para penjelajah tikus…
Kau hiraukan jerit tangis kelaparan kami
Kau ambil sebutir demi sebutir nasi kami
Wahai para tikus negara…
Hentikan kebinasaanmu
Coba gertakkan hati kecilmu
Berdiri dan lihatlah kami disini
Keserakahanmu menerkam kami
Menggunungkan bukit hartamu
Menggali dalam-dalam lembah kehidupan kami
Keserakahanmu menghantui amarah kami
Teriakan kami, para kaum papa
Tak membuat engkau jerah
dan
Hanya itulah kemampuan kami
Sakit dan perih telah diakui
Hanya tersisa rasa letih yang menghinggapi
Kefatalanmu membinasakan kami
Pengharapan kepada bintang tak kunjung jatuh
Lingkaran kesabaranpun telah musnah
Genggaman tangan ini hanya menantimu
Goyangkanlah jiwamu
Tutuplah lembar masa silam
Hentikan rasa nafsu
Keluarkanlah kami dari lubangmu
Lubang yang engkau buat dan memasukkan kami
Akankah engkau akan jerah saat kami smua musnah dari dunia ini?
Palembang, 3 April 2009
Nama: Helen Indradjaja
BalasHapusKelas: XI IPA 7
No absen : 17
PUISI 1
tema: peduli lingkungan
Hilang dengan tanda
karya : Helen Indradjaja
Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan
Meluncur lewat sela-sela jari kita
Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas
Tapi, kini kita telah mulai merindukannya
Kita saksikan air danau yang semakin surut warnanya
Burung-burung kecil tak lagi berkicau di pagi hari
Hutan kehilangan ranting
Ranting kehilangan daun
Daun kehilangan dahan
Dahan kehilangan hutan
Kita saksikan gunung memampa abu
Abu membawa batu
Batu membawa lindu
Lindu membawa longsor
Longsor membawa banjir
Banjir membawa air
Air mata
Kita telah saksikan seribu tanda-tanda
Bisakah kita membaca tanda-tanda
PUISI 2
Tema: patriotisme
Pahlawanku
karya : helen indradjaja
Dulu
Kau begitu tangguh
Kau begitu bergelora
Kau begitu bersemangat
Tak kenal lelah
Angkat senjata
Angkat bambu runcing
Tapi kenapa
Ketika zaman berganti
Ketika zaman berubah
Ketika zaman lewat
Kau begitu saja hilang
Terlelap dengan zaman yang maju
Pahlawanku
Tanpamu
Takkan ada hari esok
Dengan ketulusanmu
Dengan pamrihmu
Dengan gentarmu
Terimakasih pahlawanku
Nama : Katharine Suyanto
BalasHapusKelas : XI IPA7
No. Absen: 25
Puisi 1
Tema: Cinta Terhadap Kaum Kecil
Tangisan Kaum Kecil
Karya: Katharine Suyanto/25
Kesulitan
Kekurangan
Bahkan hinaan
Selalu menerpa tanpa memandang
Penderitaan kian mengerat
Duka dan duka melengkapi hidupnya
Kerasnya hidup
Menjadi jeritan hatinya
Kegelisahan selalu hadir
Kelaparan yang mengusik
Kepanasan bahkan kehujanan menghantam
Semua itu menjadi teman hidupnya
Linangan air mata selalu menemaninya
Hanya doa yang dihaturkan
Berharap dan terus berharap
Esok yang lebih baik
Akankah ada hati yang tergerak?
Tersentuh melihat nasibya
Akankah ada uluran tangan?
Bersiap membantu kesulitannya
Uluran tangan, rasa iba
Sudah sepantasnya hadir
Demi meringankan bebannya
Beban yang tak kunjung akhir
Puisi 2
Tema: Dekadensi Moral
Mau Kemanakah Engkau Kaum Muda ?
Karya: Katharine Suyanto
Fenomena sosial melanda masyarakat
Kemerosotan moral kian membayang
Banyaknya pelanggaran norma
Kini mencapai titik kekhawatiran
Seiring derasnya arus globalisasi
Menjadikan dunia ini semakin sempit
Pengaruh yang cenderung negatif
Menjatuhkan kaum muda
Kaum muda adalah harapan bangsa
Harapan di masa depan
Kini semua hanya harapan kecil
Yang tak dapat dibayangkan
Etika sosial tak lagi diindahkan
Perbaikan bangsa pun mengalami hambatan
Minimnya kesadaran
Menjerumuskan ke jurang hitam
Kesadaran diri amat diperlukan
Membawa kaum muda menuju perbaikan
Perbaikan yang tertuju pada harapan
Bahkan memberi panutan bagi generasi berikutnya
Palembang, 3 Oktober 2009
Nama: Riky Mulyadi
BalasHapusKelas/No. Absen: XI P7/ 36
Puisi 1
Tema Kritik birokasi
Kekosongan Para Orang Tertindas
Melihat keadaan bumi pertiwi
Bagai ampas tak berarti
Bila bumi bisa bicara
Amat pedih hati terasa
Melihat keadaan bumi pertiwi
Bagai bangkai yang mati membusuk
Digerogoti oleh belatung belatung yang tidak pernah puas
Hingga tiada lagi dikenal
Kini tanahku mengering
Tiada lagi senyum orang kecil
Banyak insan terbujur kaku
Sementara yang lain bermandikan kilauan
Banyak wajah menatap kosong
Melihat pesta atas kesengsaraan nya
Apakah yang akan kalian katakan
Wahai penguasa bangsa
Berkuasa di atas orang kecil
Bukan berarti bertindak bagai raja
Puisi 2
Tema: Krisis kepercayaan terhadap budaya
Pantaskah Kita?
Kemanakan kepercayaan tentang budaya?
Kepercayaan yang dulu selalu melekat
Melekat dalam hati para orang-orang
Keyakinan yang dulu berharga bagi diri kita
sekarang hanya bagaikan debu
Namun, kini semua hanya tinggal cerita
Pudar bagaikan air yang tumpah
Budaya yang dulu dipelihara oleh semua orang
Kini diabaikan seakan terlupakan
Tak dianggap bagaikan segumpal tanah
Telah hilang budaya yang di banggakan
Hilang tergerus zaman
Telah banyak budaya yang telah dirampas
Yang kita lakukan hanya murka
Dan menyesali yang telah terjadi
Tak bisakah kita sadar sebelum berkata – kata?
Apakah kita telah melindungi apa yang kita anggap berharga?
Apakah pantas kita menyalahkan Yang Maha Kuasa?
Apa kita pantas untuk murka?
Murka untuk hal yang di buat sendiri?
Tuhan bantulah kami
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama : Telly Purnama Sari
BalasHapusKelas : XI IPA 7
No. Absen : 41
Puisi I
Tema : Kepekaan terhadap perkembangan teknologi
Penerus negara
Dunia telah berkembang
Dahulu kala dengan penghidupan seadanya
Engkau para ilmuwan yang telah berjasa
Membangun dunia menjadi amat maju
Dengan penemuanmu
Teknologi, itulah kami kenal
Sesuatu yang membuat dunia berubah
Sungguh pesatnya perkembangan itu
Seakan manusia tak dapat hidup tanpanya
Teknologi...
Kau amatlah kami butuhkan
Kau harapan kami untuk maju
Ingin kutatap masa depan itu
Masa depan milik nusa bangsa
Negaraku berdiri gagah
Dengan rakyatnya yang teladan
Berwawasan luas
Menjunjung moral yang tinggi
Namun, kau ubah harapku
Mereka telah menyalahgunakanmu
Generasi muda kini
Harapan bangsa ini
Wahai kau calon penerus bangsa
Lihatlah keadaan negaramu kini
Akankah kau akan terus begini
Gunakanlah teknolagi sebaik mungkin
Sebelum engkau menyesal
Negaramu kan terus menerus begini
Sebelu kita melihat kerapuhan negara ini
Puisi II
Tema: Cinta
Harapan
Cinta…
Harapan kan kebahagiaan
Adakah kau mempercayainya?
Sebab, duka pun muncul karenanya
Lama sudah pertemuan itu
Namun kuacuhkan masa-masa itu
Masa ku dapat bertemu denganya
Hingga hilanglah saat itu
Baru kusadari pentingnya masa-masa itu
Namun, sudah percuma
Tak ada lagi peduli darinya
Sulit diriku mencari harapan
Walau ku tahu takkan ada lagi
Hanya perlu menunggu
Sampai kubuang harapan itu…
Palembang, 3 Oktober 2009
KEHILANGAN DIRIMU
BalasHapusKARYA : YOUNGKY SALIM/ 46
Air matakuu terus mengalir di wajahku
karena kesedihanku kehilagan dirimu ..
Akuu taku ingin terpuruk dengan kesedihan akuu ..
Ingin akuu merasakuan keindahan cinta seperti yang orang lain rasakuan ..
Setiap orang pasti pernah melakuukan kesalahan ..
Kesalahan akuu yang terbesar , akuu tlah menyia-nyiakuan kamu di hidup akuu ..
Saat akuu kehilangan cintamu , hati ini begitu terluka ..
Akuu merasa taku ada seorang pun yang dapat mengerti perasaan akuu ..
Akuu harus menerima kenyataan bahwa kamu menyayangi orang lain ..
Taku sanggup aku menahan semua ini sendirian ..
Mungkin dengan aku merelakuan kamu ,
kamu taku aku akan merasa kesepian ..
Aku taku pernah berfikir tuk mengganti kamu di hati aku ,
karena taku ada satu orang pun yang bisa seperti kamu ..
Mungkin aku terlalu egois ,
tapi aku yakuin dengan kata hati aku ..
Kamu adalah orang yang aku cintai
walaupun aku taku bsa memiliki kamu ..
INTERNET
KARYA : YOUNGKY SALIM/ 46
Internet…
Kau adalah sahabatku..
Dikala aku duka,
maupun senang..
Internet..
Kau bagaikan jendela dunia
Juga bagai gudang ilmu pengetahuan
Kau banyak membantu para murid
Internet,
Kau juga berguna bagi kaum dewasa
Kau menyeduakan layanan-layanan,
Yang tidak dimiliki oleh kami...
Internet,
Ingin ku berterima kasih padamu
Atas segala pertolonganmu
Dari dulu hingga sekarang
Puisi Cinta
BalasHapusKekuatan Sebuah Cinta
Karya : Yuni Marlina
XI IPA 7
47
Dan aku coba menyibak kabut yang menutupi mataku
Menghalangi pandanganku
Untuk berlari menghampirimu
Memeluk dan mencumbumu
Aku ingin menghujanimu
Dengan deras cintaku
Hingga hatimu dibanjiri bayanganku
Dan tiap desah yang terlontar dari bibirmu adalah namaku
Pangeran…
Aku adalah puteri yang akan selalu merindumu
Saat kita tak lagi bisa bersatu
Sedang resah, rindu, marah, gelisah, serta cinta ini
Masih murni untukmu
Aku melepasmu…
Walau aku sangat ingin memilikimu…
Palembang, 2 Oktober 2009
Teknologi Separuh Jiwaku
BalasHapusKarya : Yuni Marlina
XI IPA 7
47
Zaman berlalu berganti zaman…
Mulai dari mesin tik sampai ke komputer…
Yang tradisional pun berganti moderen
Manusia tak hentinya mengejar mereka…
Teknologi…
Itulah satu kata di depan mata kita…
Yang takkan pernah sirna dalam kehidupan manusia
Manusia adalah budak-budak mereka…
Namun, manusia tetap berusaha…
Untuk tetap menjadi tuan mereka…
Membuat teknologi bersatu dalam kehidupan…
Memajukan kehidupan bersama…
Palembang, 2 Oktober 2009
Nama : Giovanni Hutagalung
BalasHapusKelas : XI IPA7
Nomor absen : 15
Puisi I
Tema : Kepedulian Lingkungan
Zamrud yang Menghitam
Karya : Giovanni/15
Di zaman ibuku
Lembah hijau mudah digapai
Air jernih menerpa wajahnya
Udara bersih membelai rambutnya
Di zaman ayahku
Pohon-pohon tegak menantang langit
Tanah memperkokoh pohon-pohon
Yang menjadi sumber seluruh kehidupan
Di zaman kakakku
Pencakar langit mulai datang
Mencoba bersaing dengan pohon
Dan pohon-pohon menelan kekalahan pahit
Jalanan mulai membelah bumi
dan menghalangi tanah
yang menatap langit
Tanah pun bersembunyi di bawahnya
Di zamanku
Lembah hijau tak lagi ada
Lembah hijau tak dapat kupeluk
Yang ada hanya hamparan lembah yang terbakar
Di zamanku
Air tak boleh berjalan di wajahku
Karena berbau busuk akibat sampah
Hitam tak menyegarkan
Setiap tarikan napas kusesali
Karena tak memuaskan dahaga paru-paruku
Udara kotor menggerogoti tubuhku
Udara yang bisa membunuhku
Kutatap sekelilingku
dan aku bertanya
mengapa pohon-pohon menjadi penakut?
Kecil dan tak berharga
Pohon-pohon tak lagi menantang langit
Keberanian mereka telah dicuri pencakar langit
Tanah pun dengan enggan menyokongnya
Karena tanah tahu pohon-pohon tak akan menang
Itu adalah zamrudku
Zamrudku yang menghitam
Sekilas orang melihat
Dan dengan pasti mengatakan zamrudku adalah arang
Zamrudku tak lagi berkilau
Manusia menginjaknya
Tangan kotor menjamahnya
Sehingga ia hitam
Kuingin di zaman anakku
Air terbebas dari kungkungan limbah
Sehingga anakku bisa tersenyum
Merasakan air yang menggodanya
Kuingin di zaman anakku
Udara jernih mau bermain
Dan menggelitik hidung anakku
Sehingga ia tertawa bahagia
Kuingin anakku menyaksikan
Pohon-pohon berperang dengan sang pencakar
Dan kuingin ia menyaksikan
Pohon-pohon merayakan menang
Setelah pohon-pohon menang
Tanah akan bersorak
Dan akan bersukacita
Membantu pohon-pohon mencapai langit
Apakah aku mampu
menyucikan zamrud hitam ini?
Apakah aku mampu
mewariskannya nanti pada anakku?
Aku akan membawa air jernih
Terbebas dari ketakutannya
Aku akan menghembuskan udara
Menjauh dari kehampaan
Aku akan menyembuhkan pohon-pohon
Yang nyeri akibat mempertahankan nyawa
Aku akan menyemangati tanah
Yang telah kehilangan harapan akan pohon
Kuyakin apabila kita sadar
Zamrud hijau itu akan kembali
Dan akan kutitipkan
Kepada anakku nanti
Palembang, 3 Oktober 2009
Puisi II
Tema : Patriotisme
Kita adalah Pahlawan
Karya : Giovanni/15
Rasa nasionalisme membuncah
Ketika upacara dilaksanakan
Derap kaki bergema
Membawa sang merah putih untuk dikibarkan
Rasa nasionalisme menghilang
Saat kita bersembunyi
Ketika masih berhutang
Pajak untuk membangun negara
Pahlawan bukanlah Tuhan
Pahlawan bukanlah dewa
Pahlawan adalah manusia biasa
Yang berani maju menjunjung kebenaran
Pahlawan adalah kita
Yang memakai listrik seperlunya
Saat orang lain menjarahnya
Demi kepentingan dirinya sendiri
Pahlawan adalah kita
Yang membuang sampah pada tempatnya
Saat orang lain tidak melakukannya
Karena malas semata
Pahlawan adalah kita
Yang bangga dengan buatan dalam negeri
Saat orang lain pamer
Akan barang buatan luar negeri
Pahlawan adalah kita
Yang bisa mengendalikan hati
Untuk tidak memperkosa
Kelimpahan negeri zamrud khatulistiwa ini
Pahlawan adalah kita
Yang berani menjaga warisan budaya
Ketika tangan-tangan licik
Berusaha mencurinya
Pahlawan adalah kita
Yang berani meneriakkan “Indonesia!”
Ketika para tetangga mencemooh kita
Karena keterbatasan kita
Kita adalah pahlawan
Yang melakukan hal sederhana
Tetapi amat terasa
Demi kemajuan bangsa
Kita adalah pahlawan
Yang mampu mengenang pahlawan kemerdekaan
Yang menghargai jasa-jasanya
Membuat pengorbanan mereka berharga
Serta berjuang untuk meneruskan tekadnya
Kita adalah pahlawan
Yang mungkin tidak akan masuk buku sejarah
Tetapi kita adalah pahlawan
Yang mengenang pahlawan sebelumnya
Dan akan dikenang oleh generasi depan
Demi perubahan
Palembang, 3 Oktober 2009
Nama : Meldha Afriyanti
BalasHapusKelas: XI IPA 7
Absen: 30
1.Puisi
Tema: Cinta terhadap kaum kecil
Kemurnian Hati
Di malam hari
Ku pandangi gemintang yang bersinar
Tersayup udara yang dingin dan sejuk
Menghanyutkanku di dalam buaian
Tampak olehku
Seseorang gadis kecil
Duduk terpaku menatap langit
Menunggu harapan yang tidak pasti
Di jalanan sepi dan basah
Engkau terus termenung sendiri
Engkau tampak tertunduk lesu
Menahan isak tangis di hati
Hati kecil terasa sedih
Terasa miskin badan sendiri
Engkau coba simpan nestapa
Engkau coba kuburkan duka lara
Raut wajah yang polos
Menggambarkan keluguan di hati
Ingin aku bertanya
Mengapa ini dapat terjadi
Seketika batinku tersentak
Di balik kemegahan dunia malam
Sungguh besar beban yang dialami
Engkau menanggung derita sendiri
Kini telah kusadari
Engkau membuka mata hati
Akan kehidupan di duniawi
Agar peduli untuk berbagi
Nama : Meldha Afriyanti
Kelas: XI IPA 7
Absen: 30
2.Puisi
Tema:Dekadensi moral generasi muda
Sang Primadona
Di tengah lampu-lampu jalanan
Aku hanya dapat termenung
Mata memerah menahan tangis
Akan kehidupan yang dialami
Tidak terbayang di masa lalu
Ketika masih di bangku sekolah
Aku berharap menjadi anak yang berguna
Berguna bagi nusa dan bangsa
Tapi sekarang
Kenyataan hidup uang kualami
Membuat hatiku terasa sedih
Sedih akan derita sendiri
Kini aku hanya dapat termenung durja
Dengan kecantikan paras yang di miliki
Aku terjebak ke dalam buaian duniawi
Buaian yang memaksiatkan badan diri
Hati terasa teriris sebilah pisau
Akan lubang hitam yang kumasuki
Hingga aku terjebak dalam kehidupan
Hanya membahagiakan hasrat semata
Kini aku berpasrah diri
Kuingin mengutuk perbuatan diri
Perbuatan yang sangat melukai
Melukai diri dan Sang Ilahi
Nama : Astrid
BalasHapusKelas : XI IPA 7
Nomor Absen : 05
Puisi I
Tema : Cinta Tanah Air
Indonesia Tercinta
Dari Sabang sampai Merauke,
Terbentang luas hamparan pasir disetiap pulau nan indah
Lautan biru yang begitu luas
Melambangkan betapa tenangnya negara tercinta ini.
Masyarakat yang ramah,
Tutur kata dan perilaku yang sopan,
Adalah cerminan dari bangsa kita,
Bangsa Indonesia.
Meskipun berbeda suku dan kebudayaan
Namun kami tetap satu
Meskipun berbeda agama dan kepercayaan
Namun kami tetap saudara.
Sumber dayamu yang melimpah ruah,
Kekayaan alammu yang begitu besar,
Dan keindahan alammu yang begitu mempesona
Menjadikanmu sebagai negara yang begitu menarik
Keanekaragaman budayamu,
Keanekaragaman hasil karyamu,
Dapat diperhitungkan dimata dunia
Dan telah diakui oleh semua negara.
Aku sebagai bangsa Indonesia
Akan tetap menjaga dan melestarikanmu
Hingga akhir hayatku.
Puisi II
Tema : Religi
Syukurku Pada-Mu
Tuhan, begitu baiknya Engkau
Kau yang telah membuatku hidup
Kau yang telah membantuku dalam setiap cobaan
Kau yang telah membimbingku dalam setiap langkahku
Dan Kau yang selalu menopangku di kala aku terjatuh.
Engkau mengajarkanku tentang segalanya
Tentang yang baik dan yang buruk
Walaupun aku selalu terjatuh dalam dosa
Tapi Kau tetap mau menerimaku
Mengampuni dosa dan kesalahanku.
Engkau memberiku segalanya
Segala sesuatu yang kubutuhkan dalam dunia ini
Walaupun sering kali ku salah gunakan
Tapi Kau tetap memaafkanku
Dan menerimaku kembali ke dalam pangkuan-Mu
Itu semua karena rasa cinta-Mu kepada kami
Rasa cinta-Mu yang begitu besar
Hingga kami pun tak dapat membalasnya.
Sungguh,
Aku sungguh tak sanggup membalas semua itu
Semua yang telah Kau berikan kepadaku
Dan semua yang telah Kau lakukan untukku
Aku tak tahu harus berbuat apa
Aku tak tahu harus bagaimana
Hanya rasa syukur yang mampu aku ungkapkan
Hanya rasa terima kasih yang dapat kuucapkan.
Nama : Kurniawati
BalasHapusKelas :XI IPA 7
Nomor Absen : 27
Puisi 1
Tema : Cinta terhadap kaum kecil
Potret Pengamen Kecil
Karya : Kurniawati/27
Hari masih sepi
Ketika sekelompok anak kecil berlari menerobos pagi
Wajah mereka berbinar penuh harap
Sebuah kaleng dan gitar kecil usang digenggamannya
Tak ada raut sedih di wajah polosnya
Yang ada hanya tekad dan harapan
Bahwa hari ini adalah hari keberuntungan mereka
Kaki kecil mereka melangkah mantap
Ketika lampu lalulintas menyala merah
Berjejal dengan asap knalpot kendaraan dan teriknya sinar matahari
Atau berdesakan didalam bus kota
Adalah kehidupan mereka
Sambil mendendangkan lagu kebahagiaan
Dan berdoa akan mendapatkan banyak rezeki di hari ini
Tak peduli teriknya sinar matahari yang membakar kulit
Hembusan angin yang kencang atau dinginnya terpaan air hujan
Mereka tetap bersemangat untuk mencari sesuap nasi
Terkadang hatinya miris
Ketika melihat tak seorang pun peduli dengan mereka
Ketika tak ada yang menghargai jerih payah mereka
Tetapi mereka tetap tegar dan tersenyum dengan ceria
Terkadang mereka juga berpikir
Mengapa hidup ini tidak adil
Mereka tak punya kesempatan untuk bersekolah
Mereka tak punya kesempatan hidup dengan layak
Karena satu alasan : Tidak punya biaya
Maka pantaslah kita semua
Membantu mereka
Mendampingi mereka
Mencintai mereka
Agar pada akhirnya
Mereka juga dapat tersenyum kepada dunia..
Nama : Kurniawati
BalasHapusKelas : XI IPA 7
Nomor Absen : 27
Puisi 2
Tema : Dekadensi moral para generasi muda
Generasi Muda
Karya : Kurniawati/27
Terdengar sorak sorai kegembiraan
Ketika bangsa ini telah dinyatakan merdeka
Lantunan teriakan kegembiraan
Terdengar dari para pejuang muda kala itu
Tapi coba lihat sekarang
Ungkapan itu seperti tenggelam
Seiring dengan perkembangan zaman
Tergerus oleh budaya lain milik generasi muda sekarang
Generasi muda sekarang tak seperti generasi muda kala itu
Yang rela mengorbankan nyawanya untuk bangsanya
Generasi muda sekarang
Lebih senang melakukan segala hal semaunya
Tak peduli hal itu benar atau salah
Yang dipikirkan hanyalah kesenangan yang di dapat
Bebas, adalah kata yang mereka pilih
Untuk menggambarkan kehidupannya
Mereka tak peduli lagi dengan budaya bangsanya
Mereka tak peduli lagi dengan tatanan moral kehidupan
Mereka lebih senang melakukan hal-hal baru
Tanpa memikirkan akibatnya
Mereka tidak mau dikekang oleh aturan
Mereka tidak mau disalahkan
Mereka lebih senang melampiaskan masalahnya
Dengan caranya sendiri yang terkadang merugikan dirinya
Tapi generasi muda sekarang tidak boleh seperti ini
Generasi muda sekarang harus lebih maju
Generasi muda sekarang harus mampu
Membawa bangsanya ke arah yang lebih baik dari masa lalu..
Nama : Fredy Tandri
BalasHapusKelas/Nomor :XI IPA 7/13
Puisi 1
Tema : patriotisme (masa depan bangsa)
Pahlawan Masa Depan
Pergi....
Kau teriakkan pada musuhku
Sambil melepaskan belengguku
Kau menjanjikan kemerdekaanku
Tumpah darahmu akan kujadikan panutanku
Untuk melangkah membangun negaraku
Namun itu dulu...
Apa nyatanya sekarang
Masa depanku yang ingin kuwujud
Sambil memeras keringat di jalan berbatu
Dilenyapkan oleh tangan penguasaku
Hanya demi kotak dengan isi kertas haram itu
Apa ini yang kau mau penguasaku
Jangan tunjukkan kepahlawananmu
Dengan tindakan kebiadabanmu
Kau buat jalan untuk masa depanmu
Tanpa peduli perjuangan pahlawanku
Bila saja aku dapat mengubah hatimu
Dengan beberapa kata bertabur intan
Akan kuubah hati bekumu
Dengan menanam bibit kepedulian
Niscaya pembangunan bangsa akan terwujud
Meski ini hanya mimpiku
Jiwaku takkan hancur
Ragaku membangun masa depanmu
Melahirkan jiwa dan raga yang baru
Yang kelak menjadi penerus anganku
Mari kawan kita berjuang
Berperanglah bersama temanmu
Hancurkan semua keraguan hatimu
Buatlah mimpi dan cita-cita menjadi tujuanmu
Yang kelak mencerahkan masa depan
Dan seorang pahlawan bagi bangsamu
Puisi 2
Tema : Kepedulian lingkungan
Syair Kedamaian Alam
Saat angin menyapamu
Meniup gemulai lembaran tanganmu
Bermandikan butir butir air sucimu
Menyelimuti kapas dengan selimut warna
Memegahkan cakrawala dengan sinarnya
Permadani hijau tergelar
Memimpin lautan di bola kehidupan
Memebentang luas beralunan merdu
Kicauan burung mengiringi waktu
Membuat syair kedamaian dunia
Namun saat kegelapan menyelimuti
Syair damai terbakar nafsu
Pembelahan sang kayu seenaknya
Pembakaran karpet hijau semaunya
Dengan alasan itu miliknya
Hingga tibalah balasan alam
Dengan Deretan ombak mengarungi daratan
Berbagai pasukan hutan menyerang
Untuk merebut harta dan jiwa manusia
Dan mendapatkan rumahnya
Mungkin hati belum sadar
Akan kecerobohan kita
Saat kita menyingkirkan mereka
Hanya untuk kehidupan mewah
Dan keserakahan akan keleluasaan
Heningkanlah kedamaian yang dulu
Jangan mencabut akar kehidupan mereka
Dengan berbagai bangunan konyol proyek kota
Hanya untuk kemajuan bangsa
Tanpa peduli kesulitan alam
Namun....
Jika kita menggelar permadani hijau
Di tempat yang kini disapu ombak
Yang telah menjadi bongkahan batu
Mungkin cerita baru akan tercipta
Nama : Yunita Chandra
BalasHapusKelas : XI IPA 7
Nomor absen : 48
Puisi I (Tema : Perkembangan Teknonogi Informasi)
Berubah
Karya : Yunita Chandra/48
Waktu demi waktu terus berjalan
Seiring itu pula bumi pun terus berubah
Mahkluk hidup terus bertambah
Menciptakan segala macam karya
Teknologi....
Hal yang mungkin sepele untuk dikatakan
Tapi lihatlah...
Betapa hebatnya teknologi hasil kecerdasan manusia
Dari zaman dahulu
Teknologi telah dikenal
Walau saat itu masih tabu
Dan sangat sederhana
Tapi hal-hal kecil dapat diciptakan
Radio,televisi,telepon,komputer yang kita nikmati
Sekarang merupakan hasil teknologi
Saat ini...
Teknologi bukanlah hal yang tabu
Teknologi semakin canggih
Namun semakin sering pula disalahgunakan
Sebagai manusia yang berakal
Hendaknya sadar akan pentingnya teknologi
Manfaatkan dan kembangkanlah
Teknologi yang telah ada
Seperlu dan sebaik mungkin...
Palembang,3 Oktober 2009
Puisi II (Tema: Cinta)
Menanti
Karya : Yunita Chandra/48
Mataku menutup perlahan
Mencoba merakan kehadiranmu
Mencoba mendengar bisikan hatimu
Aku terdiam dan terpaku
Menanti datangnya bahagia
Aku ingin engkau tau
Aku ingin kau merasa
Rasa cinta yang telah aku simpan
Aku takut semuanya hanya mimpi
Yang akan menghilang
Aku takut engkau pergi
Menelantarrkan cinta yang telah aku ukir
Hati ini penuh kerinduan
Hati ini penuh kegelisahan
Selalu menanti kehasiranmu
Aku ingin selalu...
Menempatkan dirimu dalam hatiku
Merasakan detak jantungku
Yang seakan berhenti karenamu
Aku selalu memohon
Agar engkau selalu disampingku
Memberi senyuman...
meberi kehidupan...
Untukku
Yakinkan aku akan cintamu
Agar aku tak takut untuk melangkah
Bukan karena aku tak percaya
Aku hanya tidak ingin selalu
Berada dalam mimpi...
Palembang,3 Oktober 2009
Puisi I Tema:Kepedulian Lingkungan.
BalasHapusKarya : Gabriella / 14
Puisi Cinta Alam
Mengapa alam ini enggan bersahabat lagi dengan kita
Baru saja banjir melanda negeri ini
Kebakaran hutan dimana-mana
Asap belum mereda
Hari ini ditanah ku terjadi lagi bencana
Belumlah kering air mata yang kemarin
Hari ini kembali menangis
Meneteskan air mata pilu
Satu per satu bangunan runtuh
Tak peduli gedung mewah ataupun gubuk
Satu per satu pohon tumbang
Dalam sekejap tanahku menjadi rata
Anak kecil menjerit ,menangis ketakutan
Sementara yang lain merintih kesakitan
Tak peduli kaya atau miskin
Semua berlari menyelamatkan diri mencari perlindungan
Tapi...
Kemana lagi kita harus berlindung?
Kalau bukan kepada-Nya kita memohon
Ya Tuhan...
Kami tahu semua anugrah dan bencana adalah kehendak-Mu
Kami juga tahu bahwa Engkau tidak sedang menghukum kami
Melainkan,Engkau hanya memperingati kami
Agar kami dapat berbenah diri
Untuk menghargai ciptaan-Mu dan menjaga alam ini
Puisi II Tema:Patriotisme
BalasHapusKarya : Gabriella / 14
Anak Bangsa
Sayup – sayup terdengar suara ayam berkokok
Matahari menampakkan wajahnya dengan malu – malu
Anak – anak yang masih tertidur pulas
Dengan cepat bangkit dari tempat tidur
Ah…pagi nan indah
Sungguh karunia Tuhan
Syukur atas nikmat yang Engkau beri
Kami yang disini masih boleh pergi ke sekolah menuntut ilmu
Dengan semangat kami belajar
Agar kelak kami menjadi orang yang pintar
Kepada-Mu kami berjanji
Untuk menjadi anak beriman dan berbakti
Kepada orang tua kami berjanji
Untuk menjadi anak yang berguna
Kepada bangsa dan negara
Kami berjanji untuk menjadi generasi penerus yang pantang menyerah
Demi satu tujuan …
Untuk memajukan negeri yang dicintai dan dikasihi
INDONESIA ku
Merah merdeka Putih merdeka warna merdeka..
Nama : Hansen Lauwa
BalasHapusKelas : XI IPA 7
No.Absen : 16
Puisi I
Tema : Peduli Lingkungan
Hancur Bumiku
Setiap detik
Setiap menit
Setiap jam
Kau bakar aku
Kau tebang aku
Kau gunduli aku
Tahukah kau aku terluka
Kau rusak diriku
Dengan perbuatanmu
Tahukah kau orang menderita
Banjir, tanah longsor, polusi udara
Kau salahkan aku penyebabnya
Tidakkah kau tahu
Semua ini karena perbuatanmu
Yang hancurkan aku
Beribu-ribu jiwa melayang
Isak tangis, kepedihan, rintihan
Sampai kapan ini semua akan berakhir
Puisi II
Tema : Patriotisme
Pahlawanku
Pahlawanku.....
Engkau berkorban demi Indonesiaku
Harum namamu dikenang oleh bangsaku
Tidakkah kau tahu aku juga begitu
Mengenang dirimu selalu
Kau relakan darahmu
Darah kehidupanmu
Cucuran keringatmu tanda semangatmu
Demi Indonesia tanah airku
Semangatmu membakar jiwaku
Menyalakan kembali semangat yang telah luluh
Engkau adalah teladanku
Pedoman hidupku
Gugur di medan perang itulah nasibmu
Kau relakan hidupmu
Oh Pahlawanku
Terima kasih kuucapkan padamu
Puisi
BalasHapusNama:Suryahadi
Kelas XIp.7
Nomor Absen:40
Budaya Indonesia
Negeri Yang Indah dengan sejuta pesona
Keanekaragaman budaya yang penuh warna
Yang menjadi warisan sejak dulu kala
Melebur menjadi satu bersama jiwa
Tak kan pudar begitu saja
Namun....
Rasa sesak menyelubungi dada
Tak terfikir oleh logika
Melihat warisan budaya yang telah diakui oleh Malaysia
Indonesia seolah tidak berdaya
Keanekaragaman budaya hampir sirna
Karena pemerintahan Indonesia
Generasi muda dibuat bingung karenanya
Sesungguhnya.....
Rendang asalnya darimana....
Batik asalnya darimana....
Semua Bertanya-tanya...
Seiring terbitnya senja
Sang surya mulai sirna...
Puisi
Aspirasi rakyat
Nama :Suryahadi
Kelas:XIP7
Nomor Absen:40
Dengan semangat membara
Seluruh bangsa Indonesia
Menyambut dengan segenap jiwa-raga
Haknya untuk berpartisipasi dalam politik Negara
Permainan kata-kata diatas kaca
Memainkan peran di panggung sandiwara
Amplop putih yang terbang menuju saku celana
Membuat semua rakyat terlena
Untuk memilihnya
Politik yang adil telah ternoda
Nyatanya …
Aspirasi rakyat dianggap nyanyian
Bagai kacang lupa kulitnya..
Beribu pejabat bertambah bahagia..
Berjuta rakyat menjadi sengsara
Semua bagaikan dunia maya
Pemilu tak berjalan sebagaimana mestinya…
Bagaimanakah kisahmu selanjutnya…
Oh Indonesia…
aku mrindukanmu tuhan
BalasHapusketika aku tahu kau tlah jauh dari kaum kecil
aku mencari bayanganmu demi mereka yang membutuhkanmu
ketika malam tak lagi menampakkan wajahmu
aku memanggil namamu
diantara gelapnya hutan tak berlampu
kais,
dimanakah dirimu?
dimana kau sembunyikan wajahmu?
agar engkau tahu bahwa kaum kecil sangat membutuhkan pertolongan mu...
akan ke manakah angin melayang
BalasHapusmembawa generasi muda indonesia
tatkala turun senja nan muram
pada siapa lagu kuangankan
kepada mu lah generasi muda indonesia
semua orang memberi tanggung jawab untuk terus mempertahankan indonesia
turun dan berbisik tepat di sampingku
kuingin menjerit dalam pelukanmu
akan ke manakah berarak awan
membawa generasi muda indonesia
dahan-dahan di hati berguguran
Puisi 1
BalasHapusTema = Cinta Tanah Air
Cinta Negeriku
Karya : Cindy Coleen
XI IPA 7 / 09
Tubuh tegap, langkah mantap
Tatapan mata tajam
Barisan pemberani
Memenuhi pelosok negeri
Barisan pembela bangsa
Barisan tak takut mati
Barisan pejuang Negara
Siap berkorban untuk Indonesia
Buktikan bahwa kau mencintai Indonesia!
Buktikan tekad dan keberanianmu!
Jangan hanya sembunyi saja
Layaknya katak di dalam tempurung
Puisi 2
BalasHapusTema = Religius
Cahaya Kasih-Mu
Karya : Cindy Coleen
XI IPA 7 / 09
Terdiam aku di malam sunyi
Menanti cahaya_mu di tengah gelap
Sendiri aku termenung bayang-Mu
Menatap ke angkasa luas
Disini aku terpaku akan dosa-dosaku
Pantaskah hamba-Mu ini meminta ampun?
Sudikah Engkau memaafkan hamba?
Relakah Engkau menuntunku ke jalan-Mu kembali?
Oh Tuhanku…
Kusebut nama-Mu dalam keagungan
Cahaya-Mu memancarkan sinar kasih
Layaknya mentari menyinari bumi
Aku akan selalu memuja-Mu
Aku akan selalu mengagungkan nama-Mu
dalam hidupku, dalam doa
kini dan untuk selamanya…
Nama : Martinus Taslim
BalasHapusKelas : XI IPA 7
No.absen : 28
Puisi 1
Tema : Cinta Terhadap Kaum Kecil
Wahai, Tuhan Yang Maha Melihat
Aku menangis bersamamu, rakyat kecil
Orang-orang miskin yang terpaksa antri beras murah berjam lamanya
Yang tak punya biaya buat lanjutkan sekolah
anaknya ke kota, yang terisak
Wahai, Tuhan Yang Maha Kaya, beri kami Cinta
Aku menangis bersamamu, rakyat kecil
karena kalian cuma sanggup mengumpat Mempertanyakan janji-janji keadilan
Kami terbaring menahan perut yang kelaparan
Wahai, Tuhan Pencipta Keadilan, beri kami Kekuatan
Bangkitlah!
Jangan diam saja, sekarang saatnya kita melawan
lawanlah kimiskinan
lawanlah penjajahan yang telah berabad menginjak-injak nasibmu
bersatulah wahai kaum yang kalah!
Puisi 2
Tema : Dekadensi moral generasi muda
Sudah 64 Tahun kita merdeka
Semakin besar Globalisasi
Indonesia semakin terpuruk
Terutama moral generasi muda
Saat merdeka
Terdengar bunyi sorak sorai bangsa gembira
Tapi sekarang sorak sorai itu hilang
Semakin berkembangnya zaman
Kaum muda adalah harapan bangsa
Kini semua hanya harapan kecil
Kesadaran diri amat diperlukan
Bahkan memberi panutan bagi generasi berikutnya
Nama : Hengky Harun
BalasHapusKelas : XI IPA 7
No : 18
Puisi pertama :
Peduli Terhadap Lingkungan Demi Masa Depan
Indahnya mentari menyinari pagi.
Terangnya rembulan hilangkan sepi.
Mempesonanya bumi di hiasi pelangi.
Birunya laut dan langit menenangkan hati.
Hangatnya pagi diiringi matahari.
Dinginnya malam diselimuti rembulan.
Masihkahku bisa menikmati semua ini.
Masikah sanggup bumi kita kenangkan.
Melihat janji tak kuasa ku ingkari.
Sedihnya hati melihat semua ini.
Semuanya diambil dengan berbagi.
Tak puaskah kita merusak alam ini
Bencana datang menghampiri tanpa henti.
Kerusakkan datang mengikuti kemarahan bumi.
Jatuhnya korban menjadi saksi.
Bahwa bumi tak lagi indah seperti zaman nabi.
Lingkungan sepi bagaikan peti.
Karena rusaknya jantung bumi.
Laut marah karena tercemari.
Ombak datang seolah ingin memaki.
Tak sanggup ku melihat semua ini.
Rasanya ingin sekali ku berlari.
Untuk memperbaiki semua ini.
Tetapi ku hanya bisa diam menangisi bumi tersakiti.
Lahirnya air mata dari dalam hati.
Hidupnya air mata membasahi pipi.
Karena tak sanggupku hadapi.
Kejamnya kita membuat hati bumi mati.
Pernahkah sekiranya kita selalu menyadari.
Perbuatan keji yang kita buat selama ini.
Ingatkah kita tentang baiknya bumi.
Yang telah setia menghiasi hari demi hari.
Pujilah syukur yang telah kita dapati.
Janganlah sesekali kita mengulangi.
Perbuatan tak sedap dicium dan terdengar oleh bumi.
Hingga membuat bumi tak akan mengampuni.
Obatilah bumi dengan sepenuh hati.
Lindungilah kehijauan dengan irigasi.
Janganlah pernah laut kita cemari lagi.
Tetapi rawatlah hingga dia pulih kembali
Pesan ini kusampaikan kepada kalian
Demi berlangsungnya kehidupan yang abadi.
Karena lingkungan mempunyai masa depan.
Demi penenus atau anak bangsa kami.
Meskipun ini sekedar puisi.
Tetapi hatikulah yang membuat ini.
Untuk memberikan kita motivasi dan inspirasi.
Perlakuan apa yang hendaknya kita beri untuk bumi.
Pengarang Puisi : Hengky Harun
Puisi kedua :
Patriotisme Terhadap Masa Depan
Dirimu adalah pahlawanku.
Pahlawan yang tiada henti berjuang demi rakyatmu.
Dengan gagah perkasa dirimu mengabdikan diri untuk bangsamu.
Hingga dirimu bermandikan darah semangat akhir perjuanganmu.
Takku lupakan kerja kerasmu.
Takku siakan tanah luhur darimu.
Kanku jaga sampai akhir hidupku.
Demi mempertahankan tanah airku.
Tanah air tempat lahir dirimu.
Bangsamu melambangkan jati dirimu.
Pancasila sebagai pemandumu.
Merah putih mengobarkan api semangat juangmu.
Meskipun kini kita sudah merdeka.
Meskipun kini kita sudah sejahtera.
Namun jangan pernah kita melupakan.
Semua ini perjuangan dan pemberian sang pahlawan.
Tegarnya pahlawan berdiri didepan.
Mereka selalu menghabisi tekanan.
Meskipun darah membanjiri tangan.
Namun kini telah menjadi kenangan.
Peperangan ini memang telah berakhir.
Namun perjuangan merupakan awal untuk berkarir.
Demi masa depan bangsa dan tanah air.
Ku berjanji akan melindungi dan tak akan ku ingkari.
Pengarang : Hengky Harun
Nama : Risca Octavianex
BalasHapusKelas : XI P 7
Nomor Absen : 37
Puisi I
Tema : Krisis Kepercayaan Terhadap Budaya Bangsa
Budayaku
Negeriku, negeri Indonesia
Kaya akan budaya
Kaya akan karya
Yang membuat semua orang
Takjub dan terpana
Tapi,
kita warga negara
Apa yang telah kita buat
Apa yang telah kita lakukan
Adakah?
Untuk menghargai
Untuk melestarikan
Budaya itu, karya itu
Kalau bukan kita
Lalu, siapa?
Hanya satu hal
Yang ingin terucap
Aku cinta
Budayaku
Karya : Risca Octavianex
Puisi II
Tema : Kritik Terhadap Birokrasi
Birokrasi Indonesia
Birokrasi demokrasi
Apa boleh dikata
Beginilah keadaannya
Buat apa demokrasi
Buat apa birokrasi
Tak ada yang peduli
Apalagi, kalangan orang miskin dan papa
Bagi mereka
Masih hidup sampai hari ini pun sudah cukup
Bisa makan hari ini pun sudah lumayan
Lihatlah bangsa ini
Lihatlah bangsa kita
Birokrasi,
kami perlu bukti bukan janji
Memperbaiki diri
Menuju Indonesia
yang sejahtera,
bagi semua warga negaranya
Karya : Risca Octavianex
Palembang, 4 Oktober 2009
Puisi I :
BalasHapusTema : Realigi
Nama : Carollina Gita N.
Kelas : XIP7
No : 08
Takdir
Terpejam aku di dalam kegelapan
Di dalam kesunyian
Dan di dalam keheningan
Ku merenung
Tetes demi tetes
Darah yang mengalir dalam tubuhku
Akan pasti berhenti
Suatu saat nanti
Entah kapan dan dimana
Bagaimana dan mengapa
Semua itu Rahasia
Rahasia Pamungkas sang Ilahi
Palembang, 4 Oktober 2009
Puisi II
Tema : Cinta Tanah Air
Nama : Carollina Gita N.
Kelas : XIP7
No : 08
Indonesia
Indonesia,
Gagah perkasa nama mu
Besar dan hebat kharisma mu
Gagah dan tangguh pelindungmu
Elok nan indah rupamu
Dimata bangsamu,
Dimata dunia
Dan dimata semua makhluk
Indonesia,
Begitu luhur budi Ibu Pertiwi
Begitu mulia Cita –cita
Harapan dan keinginan
Indonesia,
Kini semua kabur adanya
Hanya untaian kata belaka
Tanpa arti, tanpa makna
Indonesia,
Dimana semuanya sekarang
Kandas bagai ditelan bumi
Hanya nama
Hanya bayangan semu
Bagai rangka keropos tak berisi
Palembang, 4 Oktober 2009
Puisi I
BalasHapusTema : Krisis Kepercayaan terhadap Budaya Bangsa
Oleh : Nimiya / XI P7 / 33
Pergeseran Kebudayaan
Manusia bergerak
Begitu pula kebudayaan
Hakikinya adalah sebuah kekuatan kehidupan
Dalam suatu sistem nilai
Sumber hukum masyarakat
Gambaran negaranya
Bagaimana pemerintahannya berpikir
Dan kaki-kaki birokrasi berjalan
Manusia telah terjebak hasrat
Untuk memuaskan nalurinya
Meninggalkan budaya aslinya
Menyaingi dan membandingkannya
Menggeser orisinalitas bangsa
Apalagi tanpa antisipasi sebelumnya
Dari kita semua
Karena hanya kita penerus bangsa
Puisi II
Tema : Kritik Terhadap Birokrasi
Adanya krisis keteladanan
Dari sang gurukah?
Apa penyebabnya?
Keterasingan guru dari birokrasi mungkin
Kita mesti memposisikan diri
Dengan pemerintahan secara sejajar
Kita mesti demokratis
Karena ini pertanda krisis sistematik
Banyak ketidakwajran pemerintahan
Hanya janji buaian dari parpol-parpol
Dan tentu bisa kita duga
Terungkap lagi kebusukan partai
Seakan mereka tak pernah menyesal
Dan mengulang apa yang disesali
Semoga birokrasi kita tambah dewasa
Dan berkualitas
Palembang, 4 Oktober 2009
Karya : Nimiya Marieta / XI P7 / 33
Puisi I
BalasHapusTema : Kemajuan Teknologi Informasi
Nama : Yosefine Anggie
Kelas / No Absen : XIP7/45
Hari demi hari terus berganti
Detik demi detik terlewati
Dunia pun terus berputar
Melewati siang dan malam
Mau tak mau, sadar tak sadar
Tanpa terasa perubahan semakin terjadi
Kepada setiap insan di muka bumi
Tua muda, pria wanita,
Tanpa seorang pun terkecuali
Mesin ketik menjadi komputer
Surat berganti email
Segala hal menjadi lebih instant
Berkat adanya perkembangan teknologi yang semakin menjadi
Palembang, 4 Oktober 2009
Puisi II
Tema : Cinta
Nama : Yosefine Anggie
Kelas / No Absen : XIP7/45
Akhir Penantianku
Di sini aku terdiam
Menanti bayangmu yang tak kunjung datang
Menanti seorang yang akan menyambut hangat tanganku
Menanti sesosok peran yang dapat memelukku erat
Disini aku masih terdiam
Ketika bayangmu mulai menghampiriku
Ketika seseorang sungguh menyambut hangat tanganku
Ketika sosok itu memelukku erat
Kini, ku tak terdiam lagi
Karena ku yakin
Pangeran berkuda putihku telah datang menjemputku
Dan ku yakin, ia akan membawaku ke istana hatinya
Palembang, 4 Oktober 2009
Puisi I
BalasHapusTema : Cinta terhadap orang kecil
Nama : Maya Saptiani
Kelas : XIP7
No Absen : 29
Mereka yang Kecil
Entah keringat mereka masa itu
Maupun nanah di tubuh mereka
Tak peduli sebusuk apa itu
Indahkan juga aroma itu
Biarkan wanginya bersatu dengan kita
Atas maupun bawah
Jangan hiraukan kasta mereka
Aku cinta mereka
Entah si buruk atau si busuk
Biarkan wanginya bersatu dengan kita
Mereka ajarkan tujuan hidup
Mereka bagi harapan hidup
Mereka sempurnakan bagian hidup
Coba hirup dan rasakan aromanya
Mereka penuh warna
Ada hitam, merah, biru, abu
Aku dan mereka
Kita dan mereka
Dia dan aku
Apa bedanya?
Tinggalkan kebahagiaanmu sejenak
Mencoba untuk mencintai diri mereka
Berusaha untuk mengasihi hidup mereka
Karena mereka kecil
Mereka yang kecil
Aku coba untuk mengajar mereka
Berbagi tawa
Bertukar kepedihan
Ada aku di sini
Yang mau mencintai mereka
Menghargai hidup mereka
Memberi sebuah senyuman bahagia untuk mereka
Karena mereka kecil tak selamanya jiwa mereka kecil
Palembang, 4 Oktober 2009
Puisi II
Nama : Maya Saptiani
Kelas : XIP7
No absen : 29
Tragedi Remaja
Remaja…
Bersenang-senang demi kepuasan hati
Membuang-buang waktu demi kepuasan hati
Menghambur-hamburkan uang demi kepuasan hati
Membohongi orang demi kepuasan hati
Tak peduli bersenang-senang sampai tubuh terguling lemah
Tak peduli membuang waktu sampai larut malam bahkan sampai matahari terbit
Tak peduli menghamburkan uang hasil jerih payah orang tua atau bisa jdi uang yang tidak layak digunakan
Tak peduli orang yang dibohongi orang yang disayangi orang yang dibenci bahkan orang sudah membesarkan kita
Mengapa?
Mengapa etika kita mustahil untuk dicontoh bagi adik-adik kita yang sebentar lagi remaja?
Mustahil dikatakan sebagai etika yang wajar untuk seusia kita
Mengapa?
Mengapa kita tidak bisa dewasa? Tak keluar dari usai remaja?
Palembang, 4 Oktober 2009
Puisi I
BalasHapusTema: Krisis Kepercayaan terhadap budaya bangsa
Nama: Ricky Andrean
Kelas: XI P7
No absen: 35
Budaya yang terlupakan
Sunyi sudah bangsa ku kini
Tanpa budaya yang indah itu
Yang hilang bagaikan angin berlalu
Terlenyap oleh waktu
Kini bukan hanya waktu yang menggerusnya
Bukan bangsa kita pula yang melupakannya
Tapi bangsa lain lah yang merampasnya
Akankah kita merelakannya?
Budaya yang telah mewarnai bangsa kita selama ratusan tahun
Dan diciptakan dengan jerih payah leluhur kita
Dirampas Negara lain dengan sekejap mata
Jangan pernah melupakan budaya yang telah diberikan oleh leluhur kita tapi jagalah agar tak terampas Negara lain
Puisi II
Tema: Kritik birokrasi
Uang atau rakyat
Dulu, janji-janji kau ucapkan
Hanya untuk membuat mu menjadi orang yang berkuasa
Setelah berkuasa kau abaikan semua
Semua jeritan derita rakyat kecil
Kau ambil semua harta-harta rakyat kecil untuk kesenanganmu
Dimanakah hati nurani mu?
Hingga kau tega melakukan nya
Dimana janji-janji yang kau ucapkan itu?
Apa yang utamakan?
Uang atau rakyat?
Jika kau memang pemimpin yang baik
Bisakah kau menepati janji-janji mu, membuat negeri ini menjadi lebih baik?
Karya : ivan darmawan
BalasHapusKelas : IX IPA 7
No. absent : 21
Tema 1 : cinta terhadap kaum kecil
Kaum miskin
Sungguh malang nasibmu
Anngap saja semua kesusahan yang kau alami adalah anugrah dari Tuhan
Meskipun susah mencari makan
Kau sangat tekun mncari tanpa mengenal lelah
Segalanya kau terima dengan ikhlas dan lapang dada
Untuk bertahan hidup semuanya kau lakukan
Tinggal di dalam gubuk tua dan sempit
Kau tetap bertahan hidup
Meskipun kau berteriak
Berikan kami hidup !!
Berikan kami cinta !!
Berikan kami kesempatan !!
Tetapi tidak ada yang melmbaikan tangan walau hanya sekedar menyapa .
Puisi 2 : dekadensi moral
Moral generasi muda
Narkoba ,, obat terlarang ,, pergaulan bebas
Itulah yg dikerjakan wahai kau generasi muda
Hanya untuk menikmati nafsu duniawi saja
Kau tega melakukan perbuatan kriminal
Entah ke mana lagi moral yang ada dalam diri kalian ??
Bahkan moral yg dulu terpupuk sekarang terkikis gara-gara pergaulan bebas
Moral kalian sudah rusak hanya sekedar melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji
Sampai kapan kah ini bisa terjadi ??
Ataukah 5 sampai 10 tahun ke depan tidak ada lagi generasi muda yg bermoral
Puisi 1
BalasHapusTema: Cinta terhadap kaum miskin
Takdir kaum miskin
Karya: Julius King
XI IPA 7/23
Ia tak membayangkan begini
Juga tidak ingin seperti ini
Namun garis kehidupan berkata demikian
Mengisahkan fenomena nyata dalam kehidupan
Menjadi tanda tanya bagi mereka,
mengapa mereka dilahirkan di dunia yang kejam ini?
Diperlakukan layaknya binatang
Diterlantarkan layakny sebuah benda tak berguna
Mencari kebahagiaan ditengah-tengah kesengsaraan
Kadang tekad itu luluh,
karena sayatan yang dilontarkan kita kepadanya
Mengertikah kamu itu sakit?
Mengikuti arah angin membawa langkah
Berhembus dengan lembut
Mungkinkah hal itu akan berbalik?
Takdir kaum miskin
Puisi 2
Tema: Dekadensi Moral
Keteguhan hati
Karya: Julius King
XI IPA 7/23
Tahukah kalian mengapa kalian dilahirkan disini?
Menghadapi takdir yang tidak berarah
Ku kan terbang
Terbang tuk mengubah takdir
Menjelajah hingga laut samudra
Hingga mengerti makna hidup ini
Mengibas sayap hingga langit kugapai
Berharap menjadi terang
Melihat semua tragedi kehidupan
Akankah mewangi?
Ataukah membusuk?
Itu berada di ujung jarimu
Moralmu kan bergulat
Sampai kau menyetujui
Sebuah keteguhan hati
Hingga terukir indah
Puisi 1
BalasHapusTema :Religi
Arti Hidup
Karya:Adrean Angga A.M
XI IPA 7 / 01
Betapa kecil diriku
Di balik besar kuasa-Mu
Ya Tuhanku
Apalah arti hidupku
Tanpa bimbingan tongkat dan gada-Mu
Aku hilang di telan kegelapan
Ya Gembalaku
Ingin kuisi hidupku
Agar dapat berarti bagi sesama
Dan bagi kemuliaan Nama-Mu
dengan segenap jiwa ragaku
Menyembahmu...
Ya Bapaku
Itulah keinginanku
Aku mau mendapat arti hidupku
Dalam naungan cahaya terangku
Ya Pelitaku
Kepedihan, kesedihan, dan perjuangan hidupku
Hanya dapat kulalui
Dengan kekuatan yang dari pada-Mu
Dan Dalam kasih sayang-Mu
Ya Tuhanku, Gembalaku, Ya Batu Karangku
Puisi 2
BalasHapusTema : Cinta Tanah Air
Ibu Pertiwi
Karya : Adrean Angga A.M
XI IPA 7 / 01
Di kala fajar menyingsing
Pada 17 Agustus 1945
Tabuh genderang di waktu subuh, menggelora hati
Tiap jiwa dan raga
Bangsa Indonesia
Indonesia...
Negeri elok bak nirwana
Kaya akan segalanya
Tak perlulah kita melirik negeri tetangga
Di Indonesia semuanya sudah ada
Tanah subur, budaya kaya, seni dan rupa
Seluruh rakyat bergembira
Bangga atas kecantikan Sang Ibu Pertiwi
Gemericik air di musim hujan, udara segar, sawah dan ladang menghampar
Bak permadani di taman Firdaus
Betapa indah Sang Zamrud Khatulistiwa
Bersoraklah wahai rakyat Indonesia!!
Sebab negeri kita surga dunia...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusAntonius Ivan
BalasHapusXI IPA 7 / 04
Puisi 1
Tema : Patriotisme
Judul : Pengorbanan Seorang Pemuda
Karya : Antonius Ivan
Aku berdiri tegap memandangnya
Tetes air mataku mewakili segalanya
Akan haruku yang tiada tara
Mengetahui bahwa tanah kita telah merdeka
Tanganku terangkat tanda hormat
Wajahku menengadah tanda hikmat
Karna Indonesia tak lagi tersesat
Dalam kegelapan yang kian pekat
Hai pemuda di ujung sana!
Taukah kau kita telah merdeka
Ini bukan hadiah biasa
Tapi hasil pengorbanan jiwa dan raga
Hai pemuda di atas sana!
Pengobananmu tak pernah sia - sia
Dan darahmu tak mengalir begitu saja
Karna kini penjajah telah tiada
Hai pemuda di balik cahaya!
Bahagialah engkau di surga
Tenanglah engkau di pangkuanNya
Karna saudaramu tak lagi menderita..
Puisi 2
Tema : Religiusitas
Judul : Menjadi Seorang yang Baru
Karya : Antonius Ivan
Maaf cintaMu kutinggalkan
Maaf kasihMU kuabaikan
TanpaMu, aku bersemayam dalam keegoisan
Terpuruk bersama kecemasan
MataMu bersimbah air mata
Mengantar anakMu keliang dosa
HatiMU telah putus asa
Melihat anakMU menjadi pendosa
Kutahu sesalku tiada guna
Tapi tetap saja sesalku kian membara
Kutahu tempatku di surga telah tiada
Tapi tetap saja kutakut tuk melangkah ke neraka
Tak kusangka Kau merubah segalanya
Kau bawa cahaya itu walapun aku seorang pendosa
Kau bawa kasih itu walaupun aku seorang rendah
Kau menggandeng aku yang berhianat ini tanpa lelah
Kini ku siap tinggalkan hidup semu
Tuk kembali ke pangkuanMu
Kini ku siap membayar dosaku
Tuk menjadi anakMu yang baru…
Julius Maju Bona
BalasHapusXI IPA 7
24
Tema: cinta terhadap kaum miskin
KELAPARAN SANG MISKIN
waktu detik-detik serta menit-menit bergerak perlahan
semakin cepat
diikuti perlahan
waktu berputar
ia masih bimbang dalam kecemasan
semakin terikat himpitan otak
mereka tak peduli angkuh
atas kekalahan-kekalahan yang mereka dapat
ia bertaruh waktu
memaksanya terus berpikir
semakin cepat hitungan detik
dan kota pun menjadi disalahkan
dalam malam-malam panjang
waktu berputar terlalu cepat
hentikan pelariannya
ia pegang tempat mencari sesuap nasi
sang miskin mati raga melihat dirinya kelaparan
dan bertanya mengapa ia miskin
ia berharap dan berkata “Oh pemimpin, mana rasa kasihan kalian?”
mereka merasa tidak dirawat
dan tidak semangat melihat dirinya kelaparan
Julius Maju Bona
BalasHapusXI IPA 7
24
Tema : dekadensi moral
MARAKNYA PENCURIAN ADAT
cukuplah kita begini
cukuplah duri itu menancap
cukuplah hancurnya imajinasi
yang sudah ada sejak zaman dulu
mereka lukai kita
menghancurkan senyum hangat kita bersama
merendahkan harapan untuk bertahan
bermohonlah
agar kita tidak menangis
karena marakmya pencurian adapt
tersiksa angan kesepian
katakan…
kita masih bisa berani menghadapi mereka
seandainya kita bertatap dengan mereka
berjumpa bukan sekadar saling menegur
tetapi juga bisa berebut hak milik
masih mungkinkah kita mengambilnya dari tangan mereka
atau kita kan diam atau mati saja
dihujam sejuta ketakutan